29.6.15

SYAKIR DAN SYAKUR

Kemarin saya membaca lagi sebuah buku (judulnya: Menyemai Kreator Peradaban) yang sudah lama di rak buku di rumah. Salah satu bagian dari buku itu bercerita tentang pohon yang memperindah hati. Pohon yang memperindah hati salah satunya adalah syukur. Dari keterangan buku itu, syukur dibagi menjadi dua jenis syakir dan syakur. Syakir adalah syukur terhadap hal hal yang menyenangkan sedangkan syakur adalah rasa syukur terhadap apapun yang diberikan Allah  kepada kita dan kita sadar bahwa itu merupakan yang terbaik bagi kita.
Syakir mungkin masih tergolong mudah. Setiap kita berdoa kita mengucapkan rasa syukur terhadap semua bentuk rejeki yang membuat kita bahagia. Sedangkan syakur tergolong lebih sukar untuk diwujudkan. Ketika kita mengalami musibah maka hal yang paling utama kita lakukan adalah memohon pertolongan pada Allah agar musibah itu segera teratasi. Namun tidak menutup kemungkinan kita bisa juga mengucapkan syukur terhadap musibah itu, terlebih jika akhirnya kita mengetahui hikmah dibalik musibah tersebut. Kita akan semakin bersyukur atas kejadian tersebut.
Ketika saya berdoa saya mengucapkan syukur tehadap apa yang kita telah peroleh, namun rasanya masih 'ampang'. Getaran hati ketika mengucapkan syukur itu berbeda seperti kita berdoa mengharapkan sesuatu. Rasanya seperti hanya dilisan atau dihati saja. Bagaimana bentuk rasa syukur terhadap rejeki yang saya peroleh, itu yang menjadi pertanyaan saya. Bagaimana saya bisa maksimalkan rasa syukur saya?
Pada buku itu pula dijelaskan bahwa hakikat syukur adalah bentuk kemampuan melakukan konversi (bahkan bisa jadi transformasi) dari potensi yang kita miliki menjadi kekuatan atau power. Dari sini saya menarik kesimpulan, mungkin saja untuk syakur hal-hal yang bisa saya lakukan selain mengucapkan rasa syukur saat berdoa adalah mengubah semua kekuatan saya untuk mengatasi semua permasalahan saya. Itu adalah bentuk rasa syakur yang saya miliki. Demikian juga untuk syakir, yang bisa saya lakukan adalah mengubah apa yang yang saya miliki menjadi kekuatan untuk mewujudkan ide ide yang telah Allah berikan kepada saya. Menjadikan ide ide itu menjadi nyata. Itu mungkin bentuk rasa syukur saya, karena getaran rasa syukur itu belum juga datang.
~wAllahu a'lam~
Semoga saja saya bisa merasakan getaran rasa syukur itu

Ramadhan 1436 H ~ Juni 2015