Kemarin saya membaca lagi sebuah
buku (judulnya: Menyemai Kreator Peradaban) yang sudah lama di rak buku di rumah. Salah satu bagian dari buku itu
bercerita tentang pohon yang memperindah hati. Pohon yang memperindah hati salah
satunya adalah syukur. Dari keterangan buku itu, syukur dibagi menjadi dua
jenis syakir dan syakur. Syakir adalah
syukur terhadap hal hal yang menyenangkan sedangkan syakur adalah rasa syukur terhadap apapun yang diberikan Allah kepada kita dan kita sadar bahwa itu
merupakan yang terbaik bagi kita.
Syakir
mungkin masih tergolong mudah. Setiap kita berdoa kita mengucapkan rasa syukur
terhadap semua bentuk rejeki yang membuat kita bahagia. Sedangkan syakur tergolong lebih sukar untuk
diwujudkan. Ketika kita mengalami musibah maka hal yang paling utama kita
lakukan adalah memohon pertolongan pada Allah agar musibah itu segera teratasi.
Namun tidak menutup kemungkinan kita bisa juga mengucapkan syukur terhadap
musibah itu, terlebih jika akhirnya kita mengetahui hikmah dibalik musibah
tersebut. Kita akan semakin bersyukur atas kejadian tersebut.
Ketika saya berdoa saya mengucapkan
syukur tehadap apa yang kita telah peroleh, namun rasanya masih 'ampang'.
Getaran hati ketika mengucapkan syukur itu berbeda seperti kita berdoa
mengharapkan sesuatu. Rasanya seperti hanya dilisan atau dihati saja. Bagaimana
bentuk rasa syukur terhadap rejeki yang saya peroleh, itu yang menjadi
pertanyaan saya. Bagaimana saya bisa maksimalkan rasa syukur saya?
Pada buku itu pula dijelaskan bahwa
hakikat syukur adalah bentuk kemampuan melakukan konversi (bahkan bisa jadi
transformasi) dari potensi yang kita miliki menjadi kekuatan atau power. Dari
sini saya menarik kesimpulan, mungkin saja untuk syakur hal-hal yang bisa saya lakukan selain mengucapkan rasa
syukur saat berdoa adalah mengubah semua kekuatan saya untuk mengatasi semua
permasalahan saya. Itu adalah bentuk rasa syakur yang saya miliki. Demikian
juga untuk syakir, yang bisa saya
lakukan adalah mengubah apa yang yang saya miliki menjadi kekuatan untuk
mewujudkan ide ide yang telah Allah berikan kepada saya. Menjadikan ide ide itu
menjadi nyata. Itu mungkin bentuk rasa syukur saya, karena getaran rasa syukur
itu belum juga datang.
~wAllahu a'lam~
Semoga saja saya bisa merasakan getaran rasa syukur
ituRamadhan 1436 H ~ Juni 2015